Senin, 11 Juni 2012
Selasa, 05 Juni 2012
Kisah dua burung diKamera syaqiiq al-Balkhi RA
Syaqiiq al-Balkhi adalah teman Ibrahim bin Adham yang dikenal ahli ibadah, zuhud dan tinggi tawakalnya kepada Allah. Hingga pernah sampai pada tataran enggan untuk bekerja.
Penasaran dengan keadaan temannya, Ibrahim bin Adham bertanya,
“Apa sebenamya yang menyebabkan Anda bisa seperti ini?”
Syaqiiq menjawab, “Ketika saya sedang dalam perjalanan di padang
yang tandus, saya melihat seekor burung yang patah kedua sayapnya. Lalu saya
berkata dalam hati, aku ingin tahu, dari mana burung itu mendapatkan rizki.
Maka aku duduk memperhatikannya dari jarak yang dekat. Tiba-tiba
datanglah seekor burung yang membawa makanan di paruhnya. Burung itu
mendekatkan makanan ke paruh burung yang patah kedua sayapnya untuk menyuapinya.
Maka saya berkata dalam hati, “Dzat yang mengilhami burung sehat
untuk menyantuni burung yang patah kedua sayapnya di tempat yang sepi ini
pastilah berkuasa untuk memberiku rejeki di manapun aku berada.”
Maka sejak itu, aku putuskan untuk berhenti bekerja dan aku
menyibukkan diriku dengan ibadah kepada Allah.
Mendengar penuturan Syaqiiq tersebut Ibrahim berkata, “Wahai
Syaqiiq, mengapa kamu serupakan dirimu dengan burung yang cacat itu? Mengapa
Anda tidak berusaha menjadi burung sehat yang memberi makan burung yang sakit
itu? Bukankah itu lebih utama?
Bukankah Nabi saw bersabda, “Tangan di atas lebih baik daripada tangan
di bawah?”
Sudah selayaknya bagi seorang mukmin memilih derajat yang paling
tinggi dalam segala urusannya, sehingga dia bisa mencapai derajat orang yang
berbakti”
Syaqiiq tersentak dengan pernyataan Ibrahim dan ia menyadari
kekeliruannya dalam mengambil pelajaran. Serta merta diraihnya tangan Ibrahim
dan dia cium tangan itu sambil berkata, “Sungguh. Anda adalah ustadzku, wahai
Abu Ishaq (Ibrahim) bin adham ra.”
Label:
artikel
Langganan:
Postingan (Atom)